Bahasa Pemrograman yang Pernah Aku Coba dan Rasanya

Bahasa Pemrograman yang Pernah Aku Coba dan Rasanya

Setiap bahasa pemrograman itu punya “rasa” sendiri. Ada yang bikin jatuh cinta dari awal, ada yang kenalnya gak sengaja, dan ada juga yang dipakai karena terpaksa 😅. Buatku pribadi, sampai sekarang ada tiga bahasa yang paling sering aku pakai: PHP, Node.js, dan Python.

PHP

PHP ini spesial, soalnya ini bahasa web pertama yang aku pelajari waktu SMK, dan sampai sekarang masih sering kupakai. Yang paling aku suka dari PHP: simpel banget. Tinggal save file, reload browser, udah langsung keliatan perubahannya.

Dari awal cuma bikin web custom sederhana, lalu sempet main di WordPress, terus coba Bagisto, sampai akhirnya hampir selalu pakai Laravel buat project. Kadang juga sekalian pakai Filament buat bikin dashboard lebih cepat.

Secara teknis, PHP enak karena:

  • Bisa cepat lihat hasil perubahan (cocok buat belajar).
  • Framework Laravel punya ekosistem gede (ORM, routing, migration, artisan, semua ada).
  • Banyak resource di internet, jadi gampang cari solusi.

PHP ini buatku kayak rumah pertama: selalu bisa balik, selalu nyaman, dan gak pernah benar-benar ditinggalin.


Node.js

Kenalnya Node.js agak unik. Waktu kuliah, aku pernah diminta temen buat bantu bikin aplikasi video call untuk tim. Dari situ aku ketemu dengan WebRTC dan Socket.io, terus nyemplung lebih dalam sampai kenal Express.js buat backend, dan bahkan sempet sentuh Angular untuk frontend.

Rasanya seru, soalnya Node.js ini powerful banget buat aplikasi real-time. Cukup beberapa baris kode udah bisa bikin server HTTP:

const http = require('http');
http.createServer((req, res) => {
  res.end('Hello from Node.js');
}).listen(3000);

Kelebihannya:

  • Satu bahasa (JavaScript) bisa dipakai di frontend dan backend.
  • Cocok banget buat realtime app (chat, notifikasi, video call).
  • Komunitas rame, library di NPM melimpah.

Tapi jujur, kadang kesel juga lihat folder node_modules yang bisa segede gaban 🤣. Plus, belajar asynchronous itu lumayan bikin otak jungkir balik.


Python

Kalau Python, awalnya kupakai cuma buat tugas kuliah yang berhubungan sama pengolahan data. Sintaksnya simpel, gampang dibaca, jadi enak dipakai untuk bikin script kecil.

Tapi Python makin terasa penting waktu di kantor, karena ada kebutuhan bikin module custom di Odoo. Nah, Odoo itu ERP yang ditulis pakai Python, jadi mau gak mau harus belajar lebih dalam. Dari situ aku makin ngerti betapa fleksibelnya Python: dari sekadar print("Hello World") sampai bikin sistem modul bisnis.

Contoh simple Python:

import datetime

today = datetime.date.today()
print("Tanggal hari ini:", today)

Kelebihannya:

  • Sintaks sederhana, gampang dibaca.
  • Banyak library powerful (data science, AI, automation).
  • Cocok untuk web (Django, Flask) maupun aplikasi bisnis (kayak Odoo).

Buatku Python kayak “alat serbaguna”: mungkin gak selalu kupakai tiap hari, tapi pas butuh, langsung kepake banget.